Tuesday

The Real Monsters

Terkadang rasa manis bisa saja mengandung racun. Itulah istilah yang bisa gue rangkaikan sekarang ini, melihat kepada keadaan bahwa dunia ini sudah semakin menggila saja dibalik sisi-sisi yang menjanjijakan itu. Ada banyak hal diluar sana yang menarik banyak orang untuk berbondong-bondong menjadi seseorang yang memegang kekuasaan, meraup keuntungan, memiliki beberapa pesuruh dan ajudan, atau beberapa hal semacamnya. Dan jika keinginan memiliki harga yang ditawarkan, maka keinginan itu pulalah hadiah yang ‘terkesan mampu’ didapatkan. Sebagian orang atau kelompok bahkan tidak perduli dengan konsekuensi yang menjadi efek sampingnya dari hal yang diinginkan tersebut, bahkan hingga rela menghalalkan segala cara agar keinginannya bisa tercapai dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Kemutlakan hasil akhir, memperkecil modal namun berharap imbasnya melimpah, jalan pintas, itulah yang paling dicari dari zaman ke zaman. “Jika ada cara yang mudah dan cepat, mengapat harus memilih sebaliknya”, begitulah impresinya.

Semua orang bisa saja memiliki keinginan masing-masing. Namun sadarkah kita bahwa bila tidak hati-hati, ada hal mengerikan yang kita lahirkan dari sebuah keinginan?

Dari dulu, dunia ini memang bukanlah tempat yang benar-benar nyaman untuk ditinggali. Dibalik keindahan dan kenyamanan yang kita rasakan selalu ada sesuatu yang terus mengintai, menginspeksi, lalu mematikan. Bahkan untuk orang-orang yang tidak dapat setiap waktu melihat keindahan maupun menikmati kenyamanan hidup, mereka tetap menjadi mangsa dari kebengisan sebuah keinginan yang mungkin saja sangat tidak mereka inginkan. Sungguh ironi bila kebenaran yang kita terima adalah hasil manipulasi dan merupakan ajang pertunjukan untuk tujuan-tujuan tertentu.

Politik dan teknologi. Bagian dari kehidupan, nyata ataupun tidak, kedua hal ini tetap ada. Dengan melihat kapabilitas dari kegunaan kedua bidang tersebut, adalah hal yang absurd bila mengelompokannya dalam sesuatu yang harus dihindari. Karena dari waktu ke waktu teknologi akan terus berkembang, inovasi disana-sini, mobilitas dan kepraktisan untuk mengedepankan juga mempermudah segala aktivitas. Serta politik akan terus digunakan bahkan dari sewaktu dahulu permulaan manusia hingga sekarang, dari hal yang paling sederhana hingga hal yang paling rumit, politik turut ikut andil dalam berbagai hal. Politik sudah menjadi semacam pengendali, sadar atau tidak sadar. Politik adalah kekuasaan bersama dengan teknologi sebagai kekuatan.

Penggunaan “duo” ini sudah barang tentu menimbulkan dampak yang sangat besar bila digunakan semestinya. Namun, bagaimana bila ternyata pada aksi-reaksinya banyak dilakukan penyimpangan demi keinginan seseorang atau kelompok? That things look like monsters, man.

Menjadi pemangsa kelas atas, karnivora dengan rasa haus dan lapar yang bisa saja tak terkendali, kepuasan adalah kehancuran dunia. Orang-orang yang menggunakan politik dan teknologi dengan salah tapi menganggap tindakan mereka benar telah meluluh-lantahkan sekian wilayah, merenggut banyak nyawa, menghancurkan kebahagiaan dan impian orang lain, dan mereka pun masih tak terpuaskan. Hasil konspirasi dan “pencucian otak” demi perubahan pola pikir khalayak ramai agar mengikuti dan membenarkan perbuatan mereka. Membolak-balikan fakta, memanipulasi etika, merampas moral, dan menjaganya agar tetap menjadi rahasia tapi sekarang itu sudah rahasia umum.

Perlu diperhatikan, seperti halnya shotgun,  politik dan teknologi tak bisa disalahkan karena kedua hal ini hanyalah selongsong bagi penembaknya. Satu hal yang pasti dari politik dan teknologi ini adalah siapakah pemegang dan pengendali mereka. They are exactly can be the real monsters.

No comments:

Post a Comment

Thanks for visits. Please tell something for this post in comment form :)