Wednesday

"Mesin Fotokopy-nya Lagi Rusak"


Itulah yang dibilang oleh salah satu orang karyawan disekolah gue dengan tanpa berdosa dan rasa bersalah sedikit pun ke gue yang sedang bingung ngebetulin satu unit mesin fotokopy yang kalo dari pandangan gue itu sepertinya masih baru. Dan mereka juga belum mengetahui persis bagaimana cara mengoperasikannya dengan benar, dan membuat gue menunggu percuma yang pada akhirnya mesin fotokopy-nya ntah karena diapakan sebelumnya tetep aja belum bisa kembali normal.

Pagi ini seperti habitat biasanya, gue bangun jam setengah 6 pagi karena alarm yang memang gue pasang semenjak malam sewaktu gue mau tidur. Setelah itu gue langsung mandi, sembahyang, seperti rutinitas biasanya dan memang tidak banyak yang berubah. Gue sarapan ditemani hawa sejuk yang masih mencoba merangkak pergi dan matahari yang mengintip di balik bukit di sebelah selatan rumah gue. Menengguk secangkir teh perlahan karena Ibu gue bilang rajin minum teh bagus buat tubuh, jadi gue ikutin saran beliau. 
Setelah itu berangkat sekolah sama naik si Merah tanpa ada terjadi apapun selain melewati jalan yang ramai dan sesekali gue liat banyak anak sekolah dan karyawan nungguin angkutan umum di pinggir jalan dan gue selalu bersyukur buat itu.

Satu hal di pagi ini yang tidak terjadi seperti biasanya atau selama lebih dari 2 tahun gue sekolah disana adalah, melakukan baris di depan bengkel jurusan masing-masing. Itu suatu hal baru buat gue dan juga temen-temen yang lainnya. Karena mungkin kebetulan hari ini adalah masa pembinaan siswa yang melakukan praktek kerja ke industri. Gue juga dulu pernah, tapi ngga sampai membuat satu sekolah mengungsi dan mencerai-beraikan barisan pagi kami seperti ini. Terpisah oleh setiap bidang teknik masing-masing. But, well it isn't big deal for us, kita tetep apel pagi yekan?

Nah hari ini gue belajar bahasa inggris dan olahraga. Guru bahasa inggris gue yang satu ini menurut gue adalah guru yang perfeksionis, friendly, fashionable but over all gue lebih suka dia ngajar di kelas gue dibanding dengan guru-guru satu bidang studi yang lain. Selain karena dia jago pronounciation-nya, juga raut wajah yang ngga pernah tampak kesal walaupun kami melakukan kesalahan. She's stay calm and she's got her attitude. Dia masuk ke kelas pada jam pertama dan ini baru pertama kalinya dia nyuruh kita bersihin ruangan kelas. Bukan karena kami kelas yang pengotor namun kelas ditinggalkan setelah liburan memang begitu adanya, berdebu.

Setelah selesai, gue lagi kebelet buang air kecil dan gue mau ke kamar kecil sebelum akhirnya gue papasan dan ditengah perjalanan gue itu dan minta langsung permisi sama Ibu itu. Pas gue balik, pelajaran udah dimulai, gue permisi masuk dan pas gue mau duduk:

"Dedi, please get my material copies in the TU room and the book too, the title of the book is TOEIC Master, ya." kira-kira begitu ucapan Ibu itu yang terdengar samar-samar di kuping gue.

"Ya, mam?" Sambil bingung, dia tadi ngomongin masalah gue habis dari toilet atau apa ni.

"Tolong ambilkan fotokopi materi yang di ruang TU, sekalian juga sama buku Ibu yang judulnya TOEIC. Sama pak Reza ya.."

"Oh iya mam." Gue ngerti sekarang.

Gue jalan dengan santai ketempat tujuan, dengan ala gaya james bond 007 tapi dengan rambut mirip style nya Benzema sekarang. Mohawk but with no tail. Karena gue tau kalo dikasi ekor itu pas JELEK dan itu bakal di potong juga kalo ketauan sama guru. Di koridor gue sapa temen-temen gue yang lagi rame ngobrol dari jurusan lain, yang memang kebetulan gue punya banyak temen disini. Tapi kalo pacar.. Ah itu lain cerita.

Dengan agak ragu gue menuju keruang yang "perkiraan" gue itu adalah ruang TU. BSDC lantai 2, disamping ruang majelis guru. Gue masuk, sebagai murid yang sopan gue ketok pintu dulu sebelum masuk. "Peraturan tak tertulis". Karena kalo gue ketok pentungan itu tandanya gue nyari maling, bukan nyari fotokopi soal bahasa inggris.

Didalam ruangan gue ketemu sama dua orang guru, yang satu tinggi besar dan gue sering liat dia ngurusin masalah prakerin waktu gue dulu pembinaan prakerin. Dan satu lagi yang sekarang gue lupa namanya siapa, tapi gue tau dia itu kalo di facebook, ALAY. badan nya agak kecil memang, sambil motongin kertas yang gue ngga ngerti buat apa. Buat makan siang kali.. Emang apa peduli gue.

"Pak saya mau ngambil kertas fotokopian nya mem Reni udah selesai pak?" Langsung gue tanya sama bapak yang besar, karena sering ngeliat dia dibanging yang satu lagi.

"Apa itu"? Jawab Bapak tadi.

"Oh, itu di Nagoya kayanya" Disambar sinis sama yang satu lagi. Dan mungkin dia udah tau gue salah masuk tempat.

"Saya mau ngambil soal fotokopy-an pak, ini TU bukan?" Sambil agak terburu-buru.

"Kamu ini mau ketemu sama siapa sih sebenernya?" Jawab bapak yang besar itu dengan ya... ramah juga.

"Saya mau ketemu sama pak Reza, mau ambil fotocopyan-nya mem Reni sekalian sama bukunya"

"Oh pak Reza itu di ruang TU sana, deket tempat kamu bayar-bayar uang komite" Dijawab ramah lagi.

"Oh iya pak, makasih pak"

"Haduhh.. Kamu ini gimana sih belum tamat, udah lupa aja hahahaha" Sambil ketawa.

"Hahahaha... permisi pak" sambil keluar pintu

"Ya..."

Kesalahan gue ini bukan tanpa dasar, soalnya sekolah gue yang bertaraf Internasional itu masih dalam situasi pemugaran, pembangunan dan perkembangan. Jadi beberapa bulan sekali bisa aja ruangan itu berganti posisi pemanfaatannya. Tergantung seberapa lama masa pembangunan ruang yang dipugar atau dibangun selesai baru setelah itu ruangan alternatif pindah kegunaan. Dan buat yang satu ini aja pas gue lupa, soalnya perasaan kemaren masih disana.

Gue lihat dari kaca pintu yang transparan, dua orang bapak-bapak sedang "mengolah" mesin fotocopy. Pertama gue kira lagi menyelesaikan fotocopy-nya mem Reni. Tapi ternyata tidak. Yang satu lagi pegang telepon dengan gagang-nya menempel di telinga sambil membantu yang lainnya memencet tombol yang ada di bagian operasi mesin tersebut. Gue masuk kedalam.

"Permisi pak.. Saya mau ambil fotokopyan-nya mem Reni. Udah selesai belum pak" sambil ngeliat ke fotokopyan yang ada di atas meja.

"Pencet **0 terus 28 barengan" kata yang lebih muda. Yang gue rasa itu adalah pak Reza.

"Udah, terus?" Sahut yang lainnya

"Terus apalagi pak" Bertanya pada orang yang sedang "online" ditelepon dengan dia.

"Ya.. Matiin terus idupin lagi mesinnya pak" sambil memeri pengarahan kepada bapak yang satu lagi dengan nada yang terdengar logat Jawa yang masih kental.

Lalu ia menanggapi pertanyaan gue tadi.

"Bentar ya Nak.." tanpa menoleh ke arah gue.

"Oh iya pak" Gue ngejawab sambil sedikit membaca materi fotocopyan tersebut.

"Itu angkat roll nya ke atas pak.." "Nah iya begitu.." Masih terus memberi pengarahan.

Gue tau itu hanya salah pengoperasian dari sitem mode nya. Karena belum terlalu faham dan kurang mengerti barang baru yang mereka pegang. Gue sendiri kurang begitu tau soal mesin fotokopy, jadi gue memilih buat nunggu aja.  

Sembari mereka sibuk mengurusi mesin fotokopy tersebut, pandangan gue berjalan menembus kaca pembatas antara ruangan tersebut dengan jalan di luarnya, tertuju pada seorang satpam penjaga sekolah yang duduk melamun disamping pos didepan gerbang sekolah. Jaraknya ngga terlalu jauh, kisaran 10 meter menurut gue. terlihat dari raut wajahnya kaya nya lagi muram, ngga sinkron sama tampilannya yang brewokan dan berkulit gelap. Yang harusnya sangar, tapi tidak.

Tak lama melihat dia, gue tersadar kaki udah mulai terasa pegal dan mereka berdua masih sibuk dengan mesin fotokopy tersebut. Gue lucu aja ngeliat mereka berdua yang diluar terlihat berwibawa melakukan awam, tindakan seperti kami. Belajar hal baru. Tapi permasalahannya, kenapa ngga biarin gue bawa fotokopy yang ada ini aja dan keluar dari ruangan yang ber-AC itu karena gue pasti udah ditunggu.

beberapa kali mereka mengulang tindakan yang sama tapi tetap saja.

"Kok masuk lagi keservice mode lagi sih" Bapak yang gue kira adalah pak Reza terlihat agak kebingungan
"Ah iki tadi bisa toh? kok sekarang jadi gini." sahut yang lainnya.
"Coba saya telfon lagi saja, ya" sambil meraih telepon yang sebelumnya dia gunakan.

Setelah itu gue bilang

"Pak..." 

Belum lagi gue sempet menyelesaikna omongan gue, pak Reza langsung memotong.

"Oh iya nak, bilang mem Reni nya mesin fotokopy-nya lagi rusak.." Kaya baru nyadar keberadaan gue, dan dari tadi gue nungguin dia -_____-

"Iya pak, saya bawa aja yang ada ya" sambil ngeberesin fotokopyan yang terpisah-pisah diatas meja putih, tebal serta terawat tersebut.

"Oh iya nak.. " Jawabnya sambil terfokus pada mesin fotokopy tadi.

Segera gue ambil semuanya dan langsung keluar dari ruangan itu karena kaki gue udah lumayan pegel buat berdiri lebih lama.

"Makasih pak.. Permisi pak.." sambil menutup pintu kaca tersebut.

"Iya.." 

Dan setelah gue cabut dari situ, gue ke ruangan tempat gue belajar dilantai 2 disamping lapangan bola yang menurut gue lapangan bola sekolah paling besar disini. Di kelas, semua udah nungguin dari tadi dan gue tetep ngga mau terburu-buru. 

"Ini mem.. Tadi agak lama soalnya mesin fotokopy lagi rusak kata pak Reza" langsung gue ngomong gitu soalnya ekspresi wajah mem Reni beberapa detik kedepan akan bertanya kenapa gue telat.

"Ohh yaa.. it's ok." Jawabnya dan gue kembali mau duduk lagi ke bangku gue.

Dia masih berdiri didepan papan tulis putih yang tidak permanent, artinya bisa dipindahkan karena memiliki dua kaki dibawahnya, dan dia tidak melihat gue ngga bawa buku apapun jadi dia nanya

"Where is my book dedi? The TOEIC Master one?" Dengan nada hampir flat tapi kelihatan ramah.

"Ohh i'm sorry mem, i was forgot. Saya kira bukunya masih mau di fotokopy lagi"

Seisi kelas HEBOH. "Bagus ded!! Hahaha" seorang kawan menepuk punggung gue. " dan Opini-opini lainnya tercetus beberapa milidetik kemudian.

"Biar saya ambil lagi mem" Gue tawarin lagi. Soalnya gue seneng anginnya diluar agak sepoi-sepoi apalagi pas ngelewatin pohon beringin.

"Oh ngga usah, biar Fahri aja yang ambil" sambil nunjuk seorang kawan yang duduk tepat didepan meja guru, tepat didepan gue duduk.

"Oh iya mem..." Jawab Fahri

Sementara itu opini masih belum berhenti mencetus.

Beberapa menit kemudian Fahri sms gue.

"Ded, dimana?"

Ah gue pikir dia pasti kesasar juga. Hahahaa gue geli dalam hati. 

gue balas gini "di ruang TU dekat komite"

"terus gimana bilangnya?"

Alamak, anak ini...

"Bapak ganteng, permisi ya mau ambil buku TOEIC nya mem Reni. terus kalo udah kasi cium muah!! kiss bye" WKWKWKW

Udah berapa lama sekolah disini pikir gue...

Dan sebelum jam pelajaran bahasa inggris habis, pas istirahat bu Reni bilang mau keluar ada urusan sebentar jadi dia tidak lanjut ngajar lagi  di kelas kami. Seusai itu pelajaran kosong, yang harusnya olahraga.. Tidak ada olahraga. Lagi pula olahraga hanya tinggal melakukan lari 12 menit keliling lapangan sepak bola seberapa kuat. Cukup senang memang, sekarang semester 2 bisa pulang lebih cepat tidak seperti biasanya. Jam 2 atau setengah 3 mungkin paling lama. Senang rasanya, tapi UN sudah tinggal menunggu waktu....

No comments:

Post a Comment

Thanks for visits. Please tell something for this post in comment form :)