Friday

Love Yourself First!



Fought for every temptation and stop hate yourself for any reason but love. Kadang kala kita bingung bagaimana banyak hal terjadi tidak sesuai dengan harapan, kita mulai mencari tempat dimana semua hal tersebut berawal. Diri kita. Untuk satu alasan dan lainnya kita kemudian mencari bukti dan perlahan menyalahkan diri sendiri. "Seharusnya ini tidak begini" atau "Seharusnya saya bisa lebih baik" atau "Ini memang salah saya, saya memang bodoh! saya memang ceroboh" atau bahkan yang lebih buruk. Perlahan-lahan kita membuat diri kita sendiri percaya bahwa hal tersebut benar, padahal tidak sama sekali.

Disaat itu pula kita mulai lemah. Impian yang selama ini kita ingin capai, yang kita fikirkan setiap hari, setiap waktu, kemudian sedikit demi sedikit mulai luruh. Semangat yang mulanya sangat membara perlahan-lahan meredup. Jauh dan semakin jauh dari lintasan yang kita inginkan dimana kita seharusnya berada. Semakin hari bukannya semakin membaik tapi malah keadaan kian memburuk. Kita mulai menyalahkan diri, merasa diri tidak pantas dan timbulah rasa putus asa. Tumbuh subur dari bibit penyesalan yang kian menyesaki ruang dada dan pikiran. Pola pikir yang tadinya sangat antusiasme menatap masa depan berubah menjadi ruang kelam, kita merasa sendirian. Terdiam di sudut kamar, meratapi panjang apa yang telah terjadi. Sepertinya hanya itu yang bisa kita lakukan setelah semua ini.

Itulah yang mungkin saat ini kamu rasakan, atau secuil perasaan diantaranya.

Saya berharap tulisan saya ini mampu merubah sedikit pandangan tersebut, atau lebih baik dari itu. Tapi semua tergantung dari bagaimana kamu menyikapi setiap permasalahan yang sedang terjadi dan bagaimana kamu menyerap maksud dari tulisan saya ini.

Kita pasti saja pernah mengalami suatu kemunduran dalam hidup, dimana kita merasa tidak percaya diri, merasa kurang berharga dan sama sekali tak berguna. Kemudian kamu berfikir: "Jika saya tidak ada pun, tak akan jadi masalah. Siapa yang akan peduli dengan saya". Begitulah kira-kira. Inilah salah satu alasan mengapa tingkat bunuh diri meningkat dari tahun ke tahun selain alasan desakan ekonomi dan tuntutan material. Tapi jangan sesekali pernah berfikir seperti itu. Jika kamu sempat terfikirkan, maka buanglah jauh-jauh dan lupakan! Jika itu belum kamu lakukan, sebaiknya berhenti membaca tulisan saya ini karena ini tak akan berguna sama sekali tanpa kerjasama dari diri kamu sendiri.

Kamu ngerasa sedih, kesal, marah, nyesel campur-aduk kayak adonan kue donat bantet gak jadi? Besyukurlah! Terlepas dari masalah yang dihadapi, Itu tandanya kamu adalah manusia dan perasaan yang kamu rasakan adalah manusiawi. Semua orang pernah merasakannya. Tapi sekali lagi, kamu udah buang pemikiran diatas? (Jawab dalam hati dengan seyakin-yakinnya). Dan satu hal lagi saya butuhkan adalah kamu percaya bahwa kamu bisa mengatasi apa yang kamu hadapi setelah membaca tulisan saya ini, karena semua hal yang ada di dunia ini berpilar pada kepercayaan. Ketika kamu percaya, maka banyak keajaiban akan terjadi. Percayalah!

Dilema. Itulah yang kamu rasakan. Dilema menurut wikipedia Indonesia berasal dari bahasa Yunani yang berarti masalah. Secara luas dilema artinya adalah sesuatu hal yang mengalami fase mengambang atau sulit ditentukan mana baik dan buruknya dan langkah apa yang akan diambil setelahnya.

Disaat dilema kamu akan menyendiri, mulai memberi sugesti negatif terhadap fikiran kamu. What's in inside, that's outside. Apa yang ada di dalam diri kamu maka secara sadar atau tidak sadar akan terpancar keluar, terlihat dari cara berfikir kamu, aksi-reaksi dalam keseharian, motivasi diri dan sebagainya itu akan keluar merefleksikan apa yang ada di dalam batin kamu. Kamu tepatnya adalah apa yang kamu fikirkan.

Nah apa yang harus kamu lakukan?

Cara mengatasi dilema adalah dengan menghadapinya. Jangan biarkan kamu digempur habis-habisan oleh perasaan-perasaan dan bayangan-bayangan yang mungkin hanya sekedar ada di dalam kepala kamu. Disaat ini fikiran kamu jika dibiarkan terus-menerus akan membludak dan kehilangan akal sehat. Nah jika diibaratkan dilema ini adalah 'sampah fikiran' maka yang perlu kamu lakukan adalah membuangnya, karena hal tersebut adalah jenis pola pikir yang tidak kita inginkan lama-lama berada di otak kita.

Bagaimana caranya?

Banyak cara yang lumrah dan sering kita lihat dimana orang-orang sedang membuang 'sampah fikiran' mereka. Curhat misalnya. Namun cara yang paling efektif untuk menghadapi dilema adalah dengan membuat diri kamu sendiri merasa bahagia. Sibukkan diri kamu, fikiran kamu dengan apa yang kamu suka, mengembangkan hoby, bertemu dengan keramaian, bertemu dengan teman-teman baru, mengunjungi tempat-tempat baru dan lupakan dilema. Allah tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan makhluknya. Maka disaat kamu dilema artinya kamu sudah mampu mengatasinya, hanya perlu kesadaran diri untuk membangkitkan kemampuan tersebut.

Jika dilema masih tetap kembali?

Kokohkan benteng diri. Dengan cara mencintai apa adanya kamu. Rasa syukur adalah salah satu bentuk mencintai diri. Dilema tidak hanya dapat terjadi dari dalam, tapi juga bisa jadi dari luar. Bagaimana orang-orang melihat kamu, yang mereka katakan tentang kamu. Disaat kamu bersyukur dan kamu akan menjadi lebih kuat karena kamu menerima apa kelemahan kamu dan tak satu orang pun bisa menggunakannya melawan kamu. "You can say anything about me as you please. But I am whatever I am and I love it. And thats something you can never be".

Disaat kamu bisa mencintai diri kamu sepenuhnya, barulah kamu bisa mencintai orang lain. Logikanya jika kamu ingin memberi makanan kepada orang lain sedang kamu tidak memiliki, bagaimana bisa hal itu terlaksana. The only way to get love, is to give love. Sebelum kamu bisa memberi, maka kamu harus memiliki terlebih dahulu apa yang kamu ingin berikan kepada orang lain.

Salam hangat, temanmu.

No comments:

Post a Comment

Thanks for visits. Please tell something for this post in comment form :)